Disusun oleh :
Itmamun ‘Ibad (29 001 119)
A. Judul : PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI PADA SISWA KELAS XI SMK PIRI SLEMAN
B. Latar belakang
Perkembangan pendidikan di Indonesia sekarang ini terus meningkat dan mengikuti era modern. Seperti halnya fasilitas yang terus berkembang terutama dalam bidang pendidikan di Indonesia ini, khususnya pelajaran bahasa Indonesia di sekolah menengah kejuruan.
Dalam keterampilan berbahasa Indonesia terdapat empat aspek yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Hal ini akan menjadi factor pendukung dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Pemerintah telah membuat KTSP (Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan) yang menjadi pedoman bagi setiap sekolah-sekolah untuk kegiatan belajar mengajar.
Pendidikan akan lebih baik bila mendapat acuan seperti SKKD yang tercakup dalam Standar Isi. Dalam penelitian ini peneliti memilih standar kompetensi2. Berkomunikasi dengan bahasa Indonesia setara tingkat Madia, dengan kompetensi dasar 2.12 Menulis wacana yang bercorak naratif, deskriptif, ekspositoris, dan argumentative. (SKKD SMK/MAK 2.12)
Menulis merupakan menurunkan atau menuliskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang. Sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut apabila mereka memahami bahasa dari lambang grafik itu. Dengan kriteria seperti itu dapatlah dikatakan bahasa menyalin atau mengopi huruf-huruf ataupun menyusun suatu naskah dalam huruf-huruf tertentu untuk dicetak bukanlah menulis apabila orang-orang tersebut tidak memahami bahasa tersebut tidak memahami beserta representasinya. (Tarigan, 2008:22)
Pembelajaran keterampilan menulis memiliki berbagai macam bentuk. Salah satunya adalah keterampilan menulis karangan. Dalam pembelajaran menulis, diharapkan kita tidak hanya dapat mengembangkan kemampuan membuat karangan namun juga diperlukan kecermatan untuk membuat argumen, memiliki kemampuan untuk menuangkan ide atau gagasan dengan cara membuat karangan yang menarik untuk dibaca salah satunya yaitu membuat karangan deskripsi.
Karangan deskripsi merupakan karangan yang berusaha memberikan perincian atau melukiskan dan mengemukakan objek yang sedang dibicarakan (seperti orang, tempat, suasana atau hal lain). Karangan deskrispi bertujuan melukiskan atau memberikan gambaran terhadap sesuatu dengan sejelas-jelasnya sehingga pembaca seolah-olah dapat melihat, mendengar, membaca, atau merasakan hal yang dideskripsikan. (http://teguhhariyadi.blogspot.com/2011/12/pengertian-dan-contoh-paragraf.html)
Media gambar merupakan pengantar pesan yang diwujudkan secara visual ke dalam bentuk dua dimensi sebagai hasil dari pemikiran dan perasaan. Di sisi lain media gambar dapat membantu dan mendorong siswa dalam membangkitkan minat belajar sehingga dapat menambah prestasi siswa.
Keterampilan menulis siswa perlu ditingkatkan lagi karena kurangnya minat siswa dalam menulis sebuah karangan deskripsi siswa masih kekurangan ide gagasan yang seharusnya didapat sehingga peneliti menggunakan media gambar dalam menulis karangan deskripsi agar siswa dapat terpancing dengan adanya media gambar.
Dalam kegiatan belajar mengajar, pelajaran mengarang memang bukan hal yang mudah tetapi harus mengetahui cara mengarang yang baik. Dalam pembelajaran, media sangat dibutuhkan karena siswa akan lebih semangat dalam belajar sehingga tidak monoton. Kurangnya keterampilan siswa dalam menulis karangan merupakan hal yang wajar tetapi disisi lain perlu adanya pembelajaran menggunakan media gambar, dalam kegiatan belajar mengajar memang jarang dilakukan, tetapi dengan adanya media gambar siswa akan lebih optimal dalam mengerjakan tugas mengarang terutama menulis karangan deskripsi dan hasil yang dicapai oleh siswa berbeda dengan hanya siswa menerima teori yang diterangkan oleh guru.
Peneliti memilih SMK PIRI Sleman merupakan tempat untuk PPL 2 pada mahasiswa keguruan, sehingga peneliti lebih mudah dalam mencari data dan mengajar menggunakan media gambar untuk menulis karangan deskripsi.
Menulis merupakan mengapresiasikan hasil karya dari cipta, rasa, dan karsa. Menulis secara umum merupakan hal yang mudah tetapi menulis sesuai kaidah yang baik dan benar memang tidak begitu mudah, sehingga dalam kegiatan belajar mengajar masih sangat dibutuhkan/penting karena dengan adanya menulis dapat memberikan inspirasi melalui tulisan.
Kemampuan keterampilan menulis untuk kelas XI SMK PIRI Sleman, seperti tuntutan kurikulum, tidak hanya mereka terampil membuat kalimat yang runtut dan mudah dipahami tapi siswa kelas XI SMK juga dituntut dapat menyusun beberapa bih kalimat sehingga membentuk satu karangan. Meskipun berbagai teori menulis diajarkan disetiap jenjang pendidikan, pada umumnya siswa belum mampu menulis dengan baik sesuai jenjang, terutama dalam menulis karangan.
C. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang dapat penulis identifikasikan adalah:
1. Kurangnya minat siswa dalam menulis karangan deskripsi.
2. Kurangnya keterampilan siswa dalam menulis karangandeskripsi.
3. Aktivitas pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui media gambar pada siswa kelas XSMK PIRI Sleman?
4. Perubahan sikap siswa setelah menulis karangan deskripsi dengan menggunakan media gambar
5. Hasil yang dicapai setelah menulis karangan deskripsi dengan menggunakan media gambar
D. Pembatasan masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, maka peneliti membatasi masalah:
1. Aktivitas pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui media gambar pada siswa kelas XSMK PIRI Sleman?
2. Perubahan sikap siswa setelah menulis karangan deskripsi dengan menggunakan media gambar
E. Rumusan masalah
1. Bagaimanakah aktivitas pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui media gambar pada siswa kelas XI SMK PIRI Sleman?
2. Bagaimanakah sikap siswa setelah menulis karangan deskripsi dengan menggunakan media gambar pada siswa kelasXI SMK PIRI Sleman?
F. Tujuan penelitian
2. Mendeskripsikan aktivitas pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui media gambar pada siswa kelas XI SMK PIRI Sleman.
3. Mendeskripsikan sikap siswa setelah menulis karangan deskripsi dengan menggunakan media gambar pada siswa kelas XI SMK PIRI Sleman.
G. Manfaat penelitian
1. Teoritis,
Diharapkan dengan adanya penelitian ini maka pembelajaran menulis karangan deskripsi dengan menggunakan media gambar mendapatkan hasil yang maksimal/ sesuai yang diharapkan.
2. Praktis, bermanfaatbagi :
a. Sekolah
Dengan hasil penelitian ini diharapkan siswa XI SMK PIRI, Kabupaten Sleman dapat lebih meningkatkan pemberdayaan alat peraga yang menarik agar prestasi belajar siswa lebih baik dan perlu dicoba untuk diterapkan pada pembelajaran Bahasa Indonesia.
b. Guru
Penelitian ini dapat memberikan informasi dan menambah wawasan serta sebagai bahan masukan guru dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia pada pembelajaran menulis karangan deskripsi dapat menggunakan media gambar.
c. Siswa
Penelitian ini dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggali pengetahuan, meningkatkan kreatifitas serta melatih keterampilan menulis karangan dengan menggunakan alat peraga berupa gambar.
H. Kajian Pustaka dan Landasan Teori
1. Kajian Pustaka
a. Kajian yang relevan
Kajian pustaka berfungsi untuk memberikan pemaparan tentang penelitian dan analisis sebelumnya yang telah dilakukan oleh peneliti. Kajian terhadap hasil penelitian sebelumnya ini hanya akan dipaparkan beberapa penlitian sejenis yang berkaitan dengan permasalahan sosiologi sastra. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Feri Irawanto yang berjudul “Penggunaan Media Gambar untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia”. Penelitian tersebut berkesimpulan bahwa penggunaan media gambar sangat efektif untuk pembelajaran bahasa Indonesia.
b. Kerangka Berpikir
2. LandasanTeori
a. Ketrampilan menulis
1) Pengertian Menulis
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang ekspresif dan produktif. (Tarigan, 2008:4)
Menulis merupakan menurunkan atau menuliskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang. Sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut apabila mereka memahami bahasa dari lambang grafik itu. Dengan kriteria seperti itu dapatlah dikatakan bahasa menyalin atau mengopi huruf-huruf ataupun menyusun suatu naskah dalam huruf-huruf tertentu untuk dicetak bukanlah menulis apabila orang-orang tersebut tidak memahami bahasa tersebut tidak memahami beserta representasinya. Menulis merupakan suatu reprentasi dari bagian kesatuan-kesatuan ekspresi bahsa. (Tarigan, 2008:22)
b. Karangan deskripsi
1) Pengertian karangan
Karangan merupakan karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikan yang melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Mengarang merupakan pengungkapan buah pikiran melalui tulisan. Lima jeniskarangan yang umum dijumpai dalam keseharian adalah narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi. Sebuah karangan yang baik mengandung isi yang dikemukakan secara sistematis danmenarik. (Caraka, 2002:5)
2) Pengertian karangan deskripsi
Karangan deskripsi adalah karangan yang berusaha memberikan perincian atau melukiskan dan mengemukakan objek yang sedang dibicarakan (seperti orang, tempat, suasana atau hal lain). Atau karangan jenis ini berisi gambaran mengenai suatu hal/keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan hal tersebut. Karangan deskrispi bertujuan melukiskan atau memberikan gambaran terhadap sesuatu dengan sejelas-jelasnya sehingga pembaca seolah-olah dapat melihat, mendengar, membaca, atau merasakan hal yang dideskripsikan. (http://teguhhariyadi.blogspot.com/2011/12/pengertian-dan-contoh-paragraf.html)
3) Langkah-langkah Menulis Karangan Deskripsi
Langkah-langkah dalam menulis paragraf deskripsi
a. Menentukan tema
b. Menetapkan tujuan penulisan
c. Mengumpulkan bahan
d. Membuat kerangka karangan
e. Mengembangkan kerangka karangan
f. Merevisi karangan
4) Ciri-ciri karangan deskripsi
a. Menggambarkan /melukiskanobjektertentu (orang, tempat, keindahan alam dll)
b. Bertujuan agar pembaca seolah-olah melihat sendiri objek
c. Hasil penyerapan panca indra
5) Pola Pengembangan Paragraf Deskripsi
a. Paragraf Deskripsi Spasial, paragraph ini menggambarkan objek kusus ruangan, benda atau tempat.
b. Paragraf Deskripsi Subjektif, paragraph ini menggambarkan objek seperti tafsiran atau kesanperasaan penulis.
c. Paragraf Deskripsi Objektif, paragraph ini menggambarkan objek dengan apa adanya atau sebenarnya.
c. Media gambar
1) Pengertian media gambar
Secara bahasa, kata media berasal dari bahasa Latin "Medium" yang berarti perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima (Heinich.et.al.,2002; Ibrahim, 1997; Ibrahim et.al., 2001). Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan (Criticos, 1996). (Daryanto, 2011:4)
Media gambar termasuk media visual, sebagaimana halnya media yang lain media gambar berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Pesan yang akan disampaikan dituangkan kedalam simbol-simbol komunikasi siswa. Simbol-simbol tersebut perlu dipahami benar artinya agar proses penyampaian pesan dapat berhasil dan efisien. Media ini dapat dikatakan sebagai media simak-lihat. (Passandaran,2009: 2)
Selain fungsi umum tersebut, secara khusus media gambar berfungsi pula untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digambarkan. Selain sederhana dan mudah pembuatannya, media gambar termasuk media yang tidak terlalu rumit.
Contoh :
Pada tanggal 10 November semua masyarakat Indonesia melakukan upacara hari pahlawan, saat pada hari selanjutnya mata pelajaran bahasa Indonesia. Siswa diberi tugas mendiskripsikan media gambar dengan tema Pahlawan.
I. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif, metode ini penulis anggap sesuai dengan latar belakang dan tujuan penelitian yang dilakukan. Metode deskriptif yang dimaksud adalah untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang objek yang akan dianalisis.
2. Tempat dan waktu pelaksanaan
Adapun penelitian ini akan dilaksanakan terhadap Siswa kelas XI SMK PIRI Sleman selama 2 hari pada bulan September 2012. Penelitian dan penyebaran soal untuk diisi oleh siswa sendiri pada jam pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah.
3. Subjek penelitian
Subjek yang diteliti disini adalah seberapa banyak siswa kelas XI SMK PIRI Sleman. Jumlah siswanya adalah 19 siswa kelas XI SM-A.
4. Data
Data merupakan keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan kajian penelitian. Data dihasilkan dihasilkan dari menulis karangan deskripsi siswa.
5. Sumber data
a. Data primer yang berupa penggunaan media gambar untuk mengembangkan keterampilan menulis karangan deskripsi pada siswa kelas xi SMK PIRI Sleman
b. Data sekunder berupa data yang diperoleh dihasilkan dari media gambar.
6. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, dan sumber. Tempat pengumpulan data dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi ini dilaksankan selama proses pembelajaran berlangsung di kelas sehingga guru dapat memantau siswa dalam proses pembelajaran menulis karangan deskripsi
b. Wawancara
Teknik wawancara dilaksanakan oleh guru. Wawancara dapat dilakukan setelah memantau siswa dalam menulis karangan deskripsi
c. Test
Teknik ini berfungsi untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi
7. Teknik Analisis data
Data yang diperoleh berupa lembar hasil observasi mengenai pembelajaran di kelas. Hasil tersebut akan digunakan perencanaan tindakan untuk tahap selanjutnya yang sesuai dengan siklus yang ada.
8. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas biasanya meliputi beberapa siklus sesuai dengan tingkat permasalahan yang ada yang akan diselesaikan dan kondisi yang akan ditingkatkan. Adapun siklus tersebut dapat dijelas sebagai berikut :
a. Siklus I
1) Rencana Pelaksanaan
a. Mempersiapkan SKKD (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar) yang akan diajarkan kepada siswa
b. Membuat silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
c. Mempersiapkan lembar observasi
d. Mempersiapkan LKS (Lembar Kerja Siswa) yang diisi oleh siswa
2) Pelaksanaan Tindakan
Pada siklus 1 pembelajaran dilaksanakan satu kali pertemuan (2 x 40 menit). Pada pertemuan pertama dilaksanakan beberapa kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan didalam kelas, pelaksanaannya bersifat fleksibel. Saat pembelajaran berlangsung, guru menggunakan RPP sebagai acuan yang telah dibuat.
3) Observasi
Observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Dengan adanya observasi dibuat untuk mengetahui secara langsung proses partisipasi siswa selama pembelajaran berlangsung.
4) Refleksi
Data yang diperoleh berupa lembar observasi yang sudah dianalisis yang kemudian dilakukan refleksi. Refleksi dilaksanakan berupa diskusi antara guru dan peneliti yang bersangkutan. Diskusi dilakukan bertujuan untuk mengevaluasi hasil analisis dan tindakan yang telah dilakukan berupa cara memberikan penilaian dan masalah-masalah yang muncul saat proses pembelajaran. Untuk mengantisipasi adanya masalah yang akan timbul maka diadakan siklus 2.
b. Siklus 2
1) Persiapan Tindakan
Persiapan yang dilakukan pada siklus 2 ini memperhatikan refleksi pada siklus 1.
a) Membuat RPP
b) Membuat lembar observasi
c) Mempersiapkan dan membuat pedoman wawancara
d) Mempersiapkan soal test
e) Melaksanakan test
2) Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus 2 ini hampir sama dengan siklus 1, yaitu guru membuat RPP. Pada siklus 2 siswa melaksanakan test dan wawancara.
3) Observasi
Observasi dilaksanakan sama seperti siklus 1. Pada siklus 2 ada tambahan wawancara dan test pada siswa.
4) Refleksi
Refleksi pada siklus 2 digunakan untuk membedakan hasil diskusi 1 dengan hasil diskusi 2. Hal ini berfungsi untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. Jika belum ada peningkatan maka, maka siklus dapat diulang kembali.
Daftar Pustaka
Caraka, Cipta Loka. 2002. Teknik Mengarang. Yogyakarta: Kanisius.
Daryanto. 2011. Media Pembelajaran. Bandung: SATU NUSA.
Passandaran, Djoko. 2009. Diklat Sertifikasi Guru Rayon 38 Yogyakarta, Pengembangan Media Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
SKKD SMK/MAK
Sudiatmi, Titik. 2010.Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Yogyakarta: Amara Books
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa Bandung.
http://teguhhariyadi.blogspot.com/2011/12/pengertian-dan-contoh-paragraf.html
Senin, 28 Oktober 2013
ANALISIS PUISI “Cintaku Jauh Di Pulau” KARYA CHAIRIL ANWAR
Disusun Oleh :
Itmamun ‘Ibad
(29 001 119)
A. Latar Belakang
Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa manusia yang mengandung daya imajinasi dengan menggunakan media bahasa dalam penyampaiannya. Karya sastra tersebut harus dipahami dan dinikmati berdasarkan konvensi sastra, sebab karya sastra merupakan dunia rekaan yang tercipta melalui proses penghayatan, pemikiran dan penilaian. Karya sastra lahir sebagai hasil perpaduan antara fenomena dunia nyara dan imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya. Pendapat tersebut mengandung implikasi bahwa karya sastra (puisi, cerpen, novel, dan drama) dapat menjadi potret kehidupan melalui tokoh-tokoh ceritanya.
Karya satra merupakan cerminan kehidupan masyarakat. Karya satra itu bersifat dinamis berjalan sesuai dengan perkembangan masyarakat karena karya sastra itu hasil ciptaan seseorang yang merupakan bagian dari masyarakat. Di dalam masyarakat seorang individu menjalani berbagai macam kejadian yang ia alami. Dari kejadian yang ia alami yang ada pada dunia nyata itulah sebagai bahan dasar ide dalam penulisan karya sastra.
Karya sastra merupakan hasil proses kreatif seorang sastrawan. Pada proses kreatif tersebut, tidak semata-mata hanya membutuhkan sebuah keterampilan, akan tetapi aspek pengalaman hidup, intelektual, wawasan keilmuan terutama kesusastraan, juga kejujuran sangat dibutuhkan dalam pembuatan karya sastra. Oleh karena itu, semakin banyak aspek pendukung maka karya yang dihasilkan pun akan semakin bernilai.
Puisi adalah salah satu bentuk karya sastra yang memiliki banyak makna dan makna teori apa untuk membedah makna tersebut. Puisi merupakan ungkapan perasaan penulis yang diterjemahkan dalam susunan kata-kata yang membuat bait-bait berirama dan memiliki makna yang dalam.
Setiap orang memiliki cara yang seringkali berbeda dalam mengungkapkan pandangannya atau permikirannya terhadap realitas yang ada di sekitar dan yang kita temui. Karya sastra sering digunakan untuk mengungkapkan pikiran dan isi hati biasanya menggunakan puisi atau syiir-syiir yang juga sering dinikmati oleh masyarakat baik oleh pelajar, mahasiswa, maupun masyarakat pada umumnya.
B. Pembahasan
1. Pendekatan Semiotika Riffaterre
Istilah semiotik lazim dipakai oleh ilmuwan Amerika sedangkan di Eropa lebih banyak menggunakan sitilah semiologi. Semiotik adalah cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi tanda (van Zoest, 1993: 1). A. Teew (1984: 6) mendefinisikan semiotik adalah tanda sebagai tindak komunikasi dan kemudian disempurnakan menjadi model sastra yang mempertanggungjawabkan semua faktor dan aspek hakiki untuk pemahaman gejala susastra sebagai alat komunikasi yang khas di dalam masyarakat mana pun.
Pada mulanya, istilah semiotik (semieon) digunakan oleh orang Yunani untuk merujuk pada sains yang mengkaji sistem perlambangan atau sistem tanda dalam kehidupan manusia. Dari akar kata inilah terbentuknya istilah semiotik, yaitu kajian sastra yang bersifat saintifik yang meneliti sistem perlambangan yang berhubung dengan tanggapan dalam karya. Bukan saja merangkumi sistem bahasa, tetapi juga merangkumi lukisan, ukiran, fotografi atau lainnya yang bersifat visual. Perhatian semiotik adalah mengkaji dan mencari tanda-tanda dalam wacana serta menerangkan maksud dari tanda-tanda tersebut dan mencari hubungannya dengan ciri-ciri tanda itu untuk mendapatkan makna signifikasinya.
Bahasa sebagai sistem tanda seringkali mengandung ‘sesuatu’ yang misterius. Sesuatu yang terlihat terkadang tidak sesuai dengan realita yang sesungguhnya. Oleh karena itu, pengguna bahasalah – manusia – yang mempunyai otoritas untuk melihat dan mencari seperti apa ‘sesuatu’ yang tidak tampak pada bahasa.
Teori semiotik adalah teori kritikan pascamodern, ia memahami karya sastra melalui tanda-tanda atau perlambangan yang ditemui di dalam teks. Teori ini berpendapat bahwa dalam sebuah teks terdapat banyak tanda dan pembaca atau penganalisis harus memahami apa yang dimaksudkan dengan tanda-tanda tersebut.
Sebagai teori, semiotika berarti studi sistematis mengenai produksi dan interpretasi tanda, bagaimana cara kerjanya, apa manfaatnya terhadap kehidupan manusia, (Ratna, 2012:97). Pendekatan semiotik merupakan salah satu ilmu atau pendekatan dalam analisis karya satra yang memandang dan menganggap karya sastra sebagai struktur tanda yang memiliki makna. Karya sastra yang melingkupi puisi, cerpen, novel.
Puisi harus dipahami sebagai sebuah satuan yang bersifat struktural atau bangunan yang tersusun dari berbagai unsur kebahasaan. Oleh karena itu, pembacaan hermeneutik pun dilakukan secara struktural atau bangunan yang tersusun dari berbagai unsur kebahasaan. Artinya, pembacaan itu bergerak secara bolak-balik dari suatu bagian ke keseluruhan dan kembali ke bagian yang lain dan seterusnya. Pembacaan ini dilakukan pada interpretasi hipogram potensial, hipogram aktual, model, dan matriks (Riffaterre,1978:5). Proses pembacaan yang dimaksudkan oleh Riffaterre (dalam Selden, 1993:126) dapat diringkas sebagai berikut:
a. Membaca untuk arti biasa
b. Menyoroti unsur-unsur yang tampak tidak gramatikal dan yang merintangi penafsiran mimetik yang biasa.
c. Menemukan hipogram, yaitu mendapat ekspresi yang tidak biasa dalam teks.
d. Menurunkan matriks dari hipogram, yaitu menemukan sebuah pernyataan tunggal atau sebuah kata yang dapat menghasilkan hipogram dalam teks.
2. Analisis Semiotik Riffaterre puisi “Cintaku Jauh Di Pulau” Chairil Anwar
CINTAKU JAUH DI PULAU
Karya Chairil Anwar
Cintaku Jauh Di Pulau,
gadis manis, sekarang iseng sendiri
Perahu melancar, bulan memancar,
di leher kukalungkan oleh-oleh buat si pacar.
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak ‘kan sampai padanya.
Di air yang tenang, di angin mendayu,
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:
“Tujukan perahu ke pangkuanku saja,”
Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!
Perahu yang bersama ‘kan merapuh!
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!
Manisku jauh di pulau,
kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri.
Analisis semiotik Riffaterre puisi “Cintaku Jauh Di Pulau” karya Chairil Anwar sebagai berikut:
a. Puisi “Cintaku Jauh Di Pulau” karya Chairil Anwar merupakan ekspresi tidak langsung dengan penyampaiannya menggunakan tanda-tanda. Tanda dalam puisi ini adalah makhluk hidup dan benda-benda
b. Pembacaan semiotik
Pembacaan heuristik terhadap puisi “Cintaku Jauh Di Pulau” karya Chairil Anwar dapat dilakukan secara berikut:
Cintaku ( telah) jauh di pulau,
gadis manis (itu), sekarang iseng sendiri (-an).
Perahu (yang) melancar, bulan (yang) memancar.
Di leher (telah) kukalungkan ole-oleh buat si pacar.
Angin (telah) membantu, laut (menjadi) terang, tapi terasa
aku tidak ‘kan sampai padanya (ke tempat gadis manis).
Di air yang tenang, di angin (yang) mendayu,
di perasaan penghabisan segala (sesuatu) melaju.
Ajal bertakhta, sambil berkata:
“Tujukan perahu ke pangkuanku saja,”
Amboi! Jalan sudah bertahun (-tahun) ku tempuh!
Perahu yang bersama (berlayar) ‘kan (menjadi) merapuh!
Mengapa Ajal (telah) memanggil dulu.
Sebelum sempat (aku) berpeluk dengan cintaku?!
Manisku (yang) jauh di pulau,
kalau ‘ku (nanti) mati, dia (akan) mati iseng sendiri.
c. Pembacaan Hermeneutik
Pembacaan hermeneutik terhadap puisi “Cintaku Jauh Di Pulau” karya Chairil Anwar, terutama dilakukan terhadap bahasa kiasan, secara khusus metafora. Pembacaannya (tafsirannya) dapat dilakukan sebagai berikut:
Bait kesatu
Cintaku ( telah) jauh di pulau,
gadis manis (itu), sekarang iseng sendiri (-an).
Seorang kekasih yang berada di suatu tempat yang jauh (Cintaku Jauh Di Pulau). Seoarang gadis manis yang menghabiskan waktunya sendirian tanpa kehadiran sang kekasih (gadis manis iseng sendiri).
Bait kedua
Perahu (yang) melancar, bulan (yang) memancar.
Di leher (telah) kukalungkan ole-oleh buat si pacar.
Angin (telah) membantu, laut (menjadi) terang, tapi terasa
aku tidak ‘kan sampai padanya (ke tempat gadis manis).
Sang kekasih yang menempuh perjalanan jauh dengan perahu ingin menjumpai kekasihnya (gadis manis). Ketika cuaca pada saat itu bagus dan malam bulan yang bersinar. Namun sang kekasih gundah karena terasa tak sampai pada kekasihnya (gadis manis).
Bait ketiga
Di air yang tenang, di angin (yang) mendayu,
di perasaan penghabisan segala (sesuatu) melaju.
Ajal bertakhta, sambil berkata:
“Tujukan perahu ke pangkuanku saja,”
Perasaan kekasih yang bersedih tak kunjung bertemu sang kekasih (gadis manis). Walaupun air tenang, angin mendayu, ajal telah memanggil (ajal betahta sambil berkata: “Tunjukkan perahu kepangkuanku saja”)
Bait keempat
Amboi! Jalan sudah bertahun (-tahun) ku tempuh!
Perahu yang bersama (berlayar) ‘kan (menjadi) merapuh!
Mengapa Ajal (telah) memanggil dulu.
Sebelum sempat (aku) berpeluk dengan cintaku?!
Sang kekasih putus asa (amboi). Bertahun-tahun berlayar, parahu yang membawanya akan rusak (perahu bersama kan merapuh). Kematian yang menghadang mangakhiri hidupnya tanpa bertemu sang kekasih (gadis manis).
Bait kelima
Manisku (yang) jauh di pulau,
kalau ‘ku (nanti) mati, dia (akan) mati iseng sendiri.
Kekhawatiran sang kekasih jika dia meninggal, kekasih (gadis manis) akan mati dalam penantian yang sia-sia (dia mati iseng sendiri).
d. Matrik
Matrik merupakan sesuatu yang mendekati tema
Bab 1 kasih tak sampai
Bab 2 Pesimis, Penyesalan
Bab 3 Penyesalan
Bab 4 kasih tak sampai
Bab 5 kasih tak sampai
e. Model
Model merupakan sesuatu sebagai alat. Model dalam puisi “ Cintaku Jauh Di Pulau” sebagai berikut
1) Gadis
Dalam puisi “Hanyut Aku” Gadis sebagai penggambaran pujaan hati
2) Pacar
Dalam puisi “Hanyut Aku” Pacar sebagai penggambaran kekasih
3) Perahu
Dalam puisi “Hanyut Aku” Perahu sebagai penggambaran sarana kendaraan
4) Angin
Dalam puisi “Hanyut Aku” Angin sebagai penggambaran perasaan bahagia
5) Air
Dalam puisi “Hanyut Aku” Air sebagai penggambaran kesedihan
f. Varian
Setiap satu kalimat adalah varian
Bait 1
Cintaku Jauh Di Pulau,
gadis manis, sekarang iseng sendiri
Bait 2
Perahu melancar, bulan memancar,
di leher kukalungkan oleh-oleh buat si pacar.
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak ‘kan sampai padanya.
Bait 3
Di air yang tenang, di angin mendayu,
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:
“Tujukan perahu ke pangkuanku saja,”
Bait 4
Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!
Perahu yang bersama ‘kan merapuh!
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!
Bait 5
Manisku jauh di pulau,
kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri.
g. Hipogram
Hipogram merupakan teks yang melatarbelakangi penciptaan teks berikutnya. Chairil Anwar adalah seorang menyukai dalam bidang sastra dan memperbarui kesusasteraan Indonesia angkatan Pujangga Baru. Ia lahir dalam lingkungan keluarga dalam keluarga yang cukup berantakan. Sejak kecil, semangat Chairil terkenal kedegilannya. Seorang teman dekatnya Sjamsul Ridwan, pernah membuat suatu tulisan tentang kehidupan Chairil Anwar ketika semasa kecil. Menurut dia, salah satu sifat Chairil pada masa kanak-kanaknya ialah pantang dikalahkan, baik pantang kalah dalam suatu persaingan, maupun dalam mendapatkan keinginan hatinya. Keinginan dan hasrat untuk mendapatkan itulah yang menyebabkan jiwanya selalu meluap-luap, menyala-nyala, boleh dikatakan tidak pernah diam.
C. Kesimpulan
Strukturalisme semiotik ini jelas memperlakukan manusia semata-mata sebagai wadah, sebagai tempat persinggahan. Ada beberapa cara yang ditawarkan dalam rangka menganalisis karya satrra secara semiotik, yaitu dengan cara pembacaan heuristik dan hermeneutik.
Puisi harus dipahami sebagai sebuah satuan yang bersifat struktural atau bangunan yang tersusun dari berbagai unsur kebahasaan. Oleh karena itu, pembacaan hermeneutik pun dilakukan secara struktural atau bangunan yang tersusun dari berbagai unsur kebahasaan. Artinya, pembacaan itu bergerak secara bolak-balik dari suatu bagian ke keseluruhan dan kembali ke bagian yang lain dan seterusnya. Pembacaan ini dilakukan pada interpretasi hipogram potensial, hipogram aktual, model, dan matriks (Riffaterre,1978:5). Proses pembacaan yang dimaksudkan oleh Riffaterre (dalam Selden, 1993:126) dapat diringkas sebagai berikut:
a. Membaca untuk arti biasa.
b. Menyoroti unsur-unsur yang tampak tidak gramatikal dan yang merintangi penafsiran mimetik yang biasa.
c. Menemukan hipogram, yaitu mendapat ekspresi yang tidak biasa dalam teks.
d. Menurunkan matriks dari hipogram, yaitu menemukan sebuah pernyataan tunggal atau sebuah kata yang dapat menghasilkan hipogram dalam teks.
Berdasarkan hasil analisis puisi “Cintaku Jauh Di Pulau” karya Chairil Anwar dengan menggunakan pendekatan Riffaterre. Maka makna dari puisi tersebut adalah Secara keseluruhan makna yang terkandung dalam puisi “Cintaku Jauh Di Pulau” adalah sekelumit gambaran hidup sang penyair.
Tema puisi ini adalah kasih tak sampai. Hal ini terlihat jelas pada kata-kata di setiap baitnya yang bernada pesimis dan penyesalan. Penyair menulis tentang kesedihan karena ajal terlalu cepat menjemput, sebelum si Aku berhasil mendapatkan cintanya.Seseorang yang berada jauh dari dirinya. Penyesalan tersebut ditunjukan penyesalan seseorang atas segala tindakan karena telah menyia-nyiakan wanita yang sangat dicintai, dan ketika ia sadar akan cinta dan kasih sayangnya yang sejati, ajal terlebih dahulu menjemputnya.
Daftar Pustaka
Anwar, Chairil. 2006. Aku ini Binatang Jalang. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Pradopo, Rachmat Djoko. Kajian Semiotika. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
Ratna, Nyoman Kutha. 2012.Teori, Metode, dan Teknik Penelitian sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sudiatmi, Titik. 2010. Penelitian pendidikan bahasa dan sastra indonesia. Yogyakarta. Amara Books.
Itmamun ‘Ibad
(29 001 119)
A. Latar Belakang
Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa manusia yang mengandung daya imajinasi dengan menggunakan media bahasa dalam penyampaiannya. Karya sastra tersebut harus dipahami dan dinikmati berdasarkan konvensi sastra, sebab karya sastra merupakan dunia rekaan yang tercipta melalui proses penghayatan, pemikiran dan penilaian. Karya sastra lahir sebagai hasil perpaduan antara fenomena dunia nyara dan imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya. Pendapat tersebut mengandung implikasi bahwa karya sastra (puisi, cerpen, novel, dan drama) dapat menjadi potret kehidupan melalui tokoh-tokoh ceritanya.
Karya satra merupakan cerminan kehidupan masyarakat. Karya satra itu bersifat dinamis berjalan sesuai dengan perkembangan masyarakat karena karya sastra itu hasil ciptaan seseorang yang merupakan bagian dari masyarakat. Di dalam masyarakat seorang individu menjalani berbagai macam kejadian yang ia alami. Dari kejadian yang ia alami yang ada pada dunia nyata itulah sebagai bahan dasar ide dalam penulisan karya sastra.
Karya sastra merupakan hasil proses kreatif seorang sastrawan. Pada proses kreatif tersebut, tidak semata-mata hanya membutuhkan sebuah keterampilan, akan tetapi aspek pengalaman hidup, intelektual, wawasan keilmuan terutama kesusastraan, juga kejujuran sangat dibutuhkan dalam pembuatan karya sastra. Oleh karena itu, semakin banyak aspek pendukung maka karya yang dihasilkan pun akan semakin bernilai.
Puisi adalah salah satu bentuk karya sastra yang memiliki banyak makna dan makna teori apa untuk membedah makna tersebut. Puisi merupakan ungkapan perasaan penulis yang diterjemahkan dalam susunan kata-kata yang membuat bait-bait berirama dan memiliki makna yang dalam.
Setiap orang memiliki cara yang seringkali berbeda dalam mengungkapkan pandangannya atau permikirannya terhadap realitas yang ada di sekitar dan yang kita temui. Karya sastra sering digunakan untuk mengungkapkan pikiran dan isi hati biasanya menggunakan puisi atau syiir-syiir yang juga sering dinikmati oleh masyarakat baik oleh pelajar, mahasiswa, maupun masyarakat pada umumnya.
B. Pembahasan
1. Pendekatan Semiotika Riffaterre
Istilah semiotik lazim dipakai oleh ilmuwan Amerika sedangkan di Eropa lebih banyak menggunakan sitilah semiologi. Semiotik adalah cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi tanda (van Zoest, 1993: 1). A. Teew (1984: 6) mendefinisikan semiotik adalah tanda sebagai tindak komunikasi dan kemudian disempurnakan menjadi model sastra yang mempertanggungjawabkan semua faktor dan aspek hakiki untuk pemahaman gejala susastra sebagai alat komunikasi yang khas di dalam masyarakat mana pun.
Pada mulanya, istilah semiotik (semieon) digunakan oleh orang Yunani untuk merujuk pada sains yang mengkaji sistem perlambangan atau sistem tanda dalam kehidupan manusia. Dari akar kata inilah terbentuknya istilah semiotik, yaitu kajian sastra yang bersifat saintifik yang meneliti sistem perlambangan yang berhubung dengan tanggapan dalam karya. Bukan saja merangkumi sistem bahasa, tetapi juga merangkumi lukisan, ukiran, fotografi atau lainnya yang bersifat visual. Perhatian semiotik adalah mengkaji dan mencari tanda-tanda dalam wacana serta menerangkan maksud dari tanda-tanda tersebut dan mencari hubungannya dengan ciri-ciri tanda itu untuk mendapatkan makna signifikasinya.
Bahasa sebagai sistem tanda seringkali mengandung ‘sesuatu’ yang misterius. Sesuatu yang terlihat terkadang tidak sesuai dengan realita yang sesungguhnya. Oleh karena itu, pengguna bahasalah – manusia – yang mempunyai otoritas untuk melihat dan mencari seperti apa ‘sesuatu’ yang tidak tampak pada bahasa.
Teori semiotik adalah teori kritikan pascamodern, ia memahami karya sastra melalui tanda-tanda atau perlambangan yang ditemui di dalam teks. Teori ini berpendapat bahwa dalam sebuah teks terdapat banyak tanda dan pembaca atau penganalisis harus memahami apa yang dimaksudkan dengan tanda-tanda tersebut.
Sebagai teori, semiotika berarti studi sistematis mengenai produksi dan interpretasi tanda, bagaimana cara kerjanya, apa manfaatnya terhadap kehidupan manusia, (Ratna, 2012:97). Pendekatan semiotik merupakan salah satu ilmu atau pendekatan dalam analisis karya satra yang memandang dan menganggap karya sastra sebagai struktur tanda yang memiliki makna. Karya sastra yang melingkupi puisi, cerpen, novel.
Puisi harus dipahami sebagai sebuah satuan yang bersifat struktural atau bangunan yang tersusun dari berbagai unsur kebahasaan. Oleh karena itu, pembacaan hermeneutik pun dilakukan secara struktural atau bangunan yang tersusun dari berbagai unsur kebahasaan. Artinya, pembacaan itu bergerak secara bolak-balik dari suatu bagian ke keseluruhan dan kembali ke bagian yang lain dan seterusnya. Pembacaan ini dilakukan pada interpretasi hipogram potensial, hipogram aktual, model, dan matriks (Riffaterre,1978:5). Proses pembacaan yang dimaksudkan oleh Riffaterre (dalam Selden, 1993:126) dapat diringkas sebagai berikut:
a. Membaca untuk arti biasa
b. Menyoroti unsur-unsur yang tampak tidak gramatikal dan yang merintangi penafsiran mimetik yang biasa.
c. Menemukan hipogram, yaitu mendapat ekspresi yang tidak biasa dalam teks.
d. Menurunkan matriks dari hipogram, yaitu menemukan sebuah pernyataan tunggal atau sebuah kata yang dapat menghasilkan hipogram dalam teks.
2. Analisis Semiotik Riffaterre puisi “Cintaku Jauh Di Pulau” Chairil Anwar
CINTAKU JAUH DI PULAU
Karya Chairil Anwar
Cintaku Jauh Di Pulau,
gadis manis, sekarang iseng sendiri
Perahu melancar, bulan memancar,
di leher kukalungkan oleh-oleh buat si pacar.
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak ‘kan sampai padanya.
Di air yang tenang, di angin mendayu,
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:
“Tujukan perahu ke pangkuanku saja,”
Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!
Perahu yang bersama ‘kan merapuh!
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!
Manisku jauh di pulau,
kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri.
Analisis semiotik Riffaterre puisi “Cintaku Jauh Di Pulau” karya Chairil Anwar sebagai berikut:
a. Puisi “Cintaku Jauh Di Pulau” karya Chairil Anwar merupakan ekspresi tidak langsung dengan penyampaiannya menggunakan tanda-tanda. Tanda dalam puisi ini adalah makhluk hidup dan benda-benda
b. Pembacaan semiotik
Pembacaan heuristik terhadap puisi “Cintaku Jauh Di Pulau” karya Chairil Anwar dapat dilakukan secara berikut:
Cintaku ( telah) jauh di pulau,
gadis manis (itu), sekarang iseng sendiri (-an).
Perahu (yang) melancar, bulan (yang) memancar.
Di leher (telah) kukalungkan ole-oleh buat si pacar.
Angin (telah) membantu, laut (menjadi) terang, tapi terasa
aku tidak ‘kan sampai padanya (ke tempat gadis manis).
Di air yang tenang, di angin (yang) mendayu,
di perasaan penghabisan segala (sesuatu) melaju.
Ajal bertakhta, sambil berkata:
“Tujukan perahu ke pangkuanku saja,”
Amboi! Jalan sudah bertahun (-tahun) ku tempuh!
Perahu yang bersama (berlayar) ‘kan (menjadi) merapuh!
Mengapa Ajal (telah) memanggil dulu.
Sebelum sempat (aku) berpeluk dengan cintaku?!
Manisku (yang) jauh di pulau,
kalau ‘ku (nanti) mati, dia (akan) mati iseng sendiri.
c. Pembacaan Hermeneutik
Pembacaan hermeneutik terhadap puisi “Cintaku Jauh Di Pulau” karya Chairil Anwar, terutama dilakukan terhadap bahasa kiasan, secara khusus metafora. Pembacaannya (tafsirannya) dapat dilakukan sebagai berikut:
Bait kesatu
Cintaku ( telah) jauh di pulau,
gadis manis (itu), sekarang iseng sendiri (-an).
Seorang kekasih yang berada di suatu tempat yang jauh (Cintaku Jauh Di Pulau). Seoarang gadis manis yang menghabiskan waktunya sendirian tanpa kehadiran sang kekasih (gadis manis iseng sendiri).
Bait kedua
Perahu (yang) melancar, bulan (yang) memancar.
Di leher (telah) kukalungkan ole-oleh buat si pacar.
Angin (telah) membantu, laut (menjadi) terang, tapi terasa
aku tidak ‘kan sampai padanya (ke tempat gadis manis).
Sang kekasih yang menempuh perjalanan jauh dengan perahu ingin menjumpai kekasihnya (gadis manis). Ketika cuaca pada saat itu bagus dan malam bulan yang bersinar. Namun sang kekasih gundah karena terasa tak sampai pada kekasihnya (gadis manis).
Bait ketiga
Di air yang tenang, di angin (yang) mendayu,
di perasaan penghabisan segala (sesuatu) melaju.
Ajal bertakhta, sambil berkata:
“Tujukan perahu ke pangkuanku saja,”
Perasaan kekasih yang bersedih tak kunjung bertemu sang kekasih (gadis manis). Walaupun air tenang, angin mendayu, ajal telah memanggil (ajal betahta sambil berkata: “Tunjukkan perahu kepangkuanku saja”)
Bait keempat
Amboi! Jalan sudah bertahun (-tahun) ku tempuh!
Perahu yang bersama (berlayar) ‘kan (menjadi) merapuh!
Mengapa Ajal (telah) memanggil dulu.
Sebelum sempat (aku) berpeluk dengan cintaku?!
Sang kekasih putus asa (amboi). Bertahun-tahun berlayar, parahu yang membawanya akan rusak (perahu bersama kan merapuh). Kematian yang menghadang mangakhiri hidupnya tanpa bertemu sang kekasih (gadis manis).
Bait kelima
Manisku (yang) jauh di pulau,
kalau ‘ku (nanti) mati, dia (akan) mati iseng sendiri.
Kekhawatiran sang kekasih jika dia meninggal, kekasih (gadis manis) akan mati dalam penantian yang sia-sia (dia mati iseng sendiri).
d. Matrik
Matrik merupakan sesuatu yang mendekati tema
Bab 1 kasih tak sampai
Bab 2 Pesimis, Penyesalan
Bab 3 Penyesalan
Bab 4 kasih tak sampai
Bab 5 kasih tak sampai
e. Model
Model merupakan sesuatu sebagai alat. Model dalam puisi “ Cintaku Jauh Di Pulau” sebagai berikut
1) Gadis
Dalam puisi “Hanyut Aku” Gadis sebagai penggambaran pujaan hati
2) Pacar
Dalam puisi “Hanyut Aku” Pacar sebagai penggambaran kekasih
3) Perahu
Dalam puisi “Hanyut Aku” Perahu sebagai penggambaran sarana kendaraan
4) Angin
Dalam puisi “Hanyut Aku” Angin sebagai penggambaran perasaan bahagia
5) Air
Dalam puisi “Hanyut Aku” Air sebagai penggambaran kesedihan
f. Varian
Setiap satu kalimat adalah varian
Bait 1
Cintaku Jauh Di Pulau,
gadis manis, sekarang iseng sendiri
Bait 2
Perahu melancar, bulan memancar,
di leher kukalungkan oleh-oleh buat si pacar.
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak ‘kan sampai padanya.
Bait 3
Di air yang tenang, di angin mendayu,
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:
“Tujukan perahu ke pangkuanku saja,”
Bait 4
Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!
Perahu yang bersama ‘kan merapuh!
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!
Bait 5
Manisku jauh di pulau,
kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri.
g. Hipogram
Hipogram merupakan teks yang melatarbelakangi penciptaan teks berikutnya. Chairil Anwar adalah seorang menyukai dalam bidang sastra dan memperbarui kesusasteraan Indonesia angkatan Pujangga Baru. Ia lahir dalam lingkungan keluarga dalam keluarga yang cukup berantakan. Sejak kecil, semangat Chairil terkenal kedegilannya. Seorang teman dekatnya Sjamsul Ridwan, pernah membuat suatu tulisan tentang kehidupan Chairil Anwar ketika semasa kecil. Menurut dia, salah satu sifat Chairil pada masa kanak-kanaknya ialah pantang dikalahkan, baik pantang kalah dalam suatu persaingan, maupun dalam mendapatkan keinginan hatinya. Keinginan dan hasrat untuk mendapatkan itulah yang menyebabkan jiwanya selalu meluap-luap, menyala-nyala, boleh dikatakan tidak pernah diam.
C. Kesimpulan
Strukturalisme semiotik ini jelas memperlakukan manusia semata-mata sebagai wadah, sebagai tempat persinggahan. Ada beberapa cara yang ditawarkan dalam rangka menganalisis karya satrra secara semiotik, yaitu dengan cara pembacaan heuristik dan hermeneutik.
Puisi harus dipahami sebagai sebuah satuan yang bersifat struktural atau bangunan yang tersusun dari berbagai unsur kebahasaan. Oleh karena itu, pembacaan hermeneutik pun dilakukan secara struktural atau bangunan yang tersusun dari berbagai unsur kebahasaan. Artinya, pembacaan itu bergerak secara bolak-balik dari suatu bagian ke keseluruhan dan kembali ke bagian yang lain dan seterusnya. Pembacaan ini dilakukan pada interpretasi hipogram potensial, hipogram aktual, model, dan matriks (Riffaterre,1978:5). Proses pembacaan yang dimaksudkan oleh Riffaterre (dalam Selden, 1993:126) dapat diringkas sebagai berikut:
a. Membaca untuk arti biasa.
b. Menyoroti unsur-unsur yang tampak tidak gramatikal dan yang merintangi penafsiran mimetik yang biasa.
c. Menemukan hipogram, yaitu mendapat ekspresi yang tidak biasa dalam teks.
d. Menurunkan matriks dari hipogram, yaitu menemukan sebuah pernyataan tunggal atau sebuah kata yang dapat menghasilkan hipogram dalam teks.
Berdasarkan hasil analisis puisi “Cintaku Jauh Di Pulau” karya Chairil Anwar dengan menggunakan pendekatan Riffaterre. Maka makna dari puisi tersebut adalah Secara keseluruhan makna yang terkandung dalam puisi “Cintaku Jauh Di Pulau” adalah sekelumit gambaran hidup sang penyair.
Tema puisi ini adalah kasih tak sampai. Hal ini terlihat jelas pada kata-kata di setiap baitnya yang bernada pesimis dan penyesalan. Penyair menulis tentang kesedihan karena ajal terlalu cepat menjemput, sebelum si Aku berhasil mendapatkan cintanya.Seseorang yang berada jauh dari dirinya. Penyesalan tersebut ditunjukan penyesalan seseorang atas segala tindakan karena telah menyia-nyiakan wanita yang sangat dicintai, dan ketika ia sadar akan cinta dan kasih sayangnya yang sejati, ajal terlebih dahulu menjemputnya.
Daftar Pustaka
Anwar, Chairil. 2006. Aku ini Binatang Jalang. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Pradopo, Rachmat Djoko. Kajian Semiotika. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
Ratna, Nyoman Kutha. 2012.Teori, Metode, dan Teknik Penelitian sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sudiatmi, Titik. 2010. Penelitian pendidikan bahasa dan sastra indonesia. Yogyakarta. Amara Books.
KUNJUNGAN MAHASISWA PBSI UST KE PERCETAKAN KEDAULATAN RAKYAT
KUNJUNGAN MAHASISWA PBSI UST
KE PERCETAKAN KEDAULATAN RAKYAT
Dosen Pengampu : Drs. Jayadi Kastari
Disusun oleh :
Itmamun ‘Ibad
29001119
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
YOGYAKARTA
2012
Mahasiwa PBSI UST Berkunjung ke Percetakan Kedaulatan Rakyat
Selasa (16/11/2012) pukul 10.00 mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) Yogyakarta mengadakan kunjungan ke Percetakan Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat di Jalan Solo km 11 Kalitirto, Sleman. Kunjungan yang diikuti sekitar 90 mahasiswa ini dipimpin langsung oleh Jayadi Kastari sebagai Dosen Pengajar mata kuliah Keredaksian.
Adapun tujuan mahasiswa mengunjungi Percetakan Kedaulatan Rakyat adalah untuk menambah pengalaman dan wawasan bagi mahasiswa terutama dalam bidang media cetak seperti koran.
Pada awal kunjungan tersebut Suci Aryadien sebagai Humas Redaksi KR memperbolehkan kami masuk ke dalam ruang tamu, dan menjelaskan beberapa hal tentang KR tersebut salah satunya tentang sejarah berdirinya KR dan Visi dan Misi. Selain itu dilanjutkan tanya jawab dengan Mahasiswa UST, salah satu mahasiswa UST menanyakan dengan banyaknya koran yang dicetak setiap harinya. Dijawab langsung oleh Suci Aryadien bahwa KR setiap harinya mencetak 100.000 koran dan apabila ada pesanan bisa mencapai 110.000 koran yang siap untuk didistribusikan.
KR merupakan koran lokal terbit pertama dan merupakan koran tertua di Indonesia yaitu terbit pada tanggal 27 September 1945 yang didirikan oleh Samawi, Wonohito dan Sumantoro. Sedangkan nama dari KR ini diambil dari UUD 1945 alenia ke-4 oleh Bapak Sudarisman Purwokusumo Walikota Yogyakarta. Pada saat itu Yogyakarta merupakan ibu kota negara Indonesia walaupun hanya sekitar dua setengah tahun. Karena pada tahun 1945 koran bukanlah sesuatu hal yang berupa bisnis tetapi berfungsi untuk penyambung lidah.
Koran KR setiap hari dicetak 3 kali hingga mencapai 100.000 koran, isinya yang bervariasi berfungsi sebagai pemikat para pembaca. Koran KR yang sangat familiar ini juga tersebar dibeberapa daerah seperti, Yogyakarta, Jateng, Purwokerto, Purworejo, Kulon Progo, Semarang, Magelang, Klaten, Solo, Gunung Kidul.
Dahulu KR hanya berfungsi sebagai penyambung lidah. Berdasarkan teori KR ini 30% iklan dan 70% berita tetapi pada kenyataan tidaklah sesuai karena pada saat melaksanakan semuanya berbeda. KR tersebut mempunyai strategi pemasaran tersendiri sehingga terlihat tetap eksis dan terkenal yaitu melalui dunia jurnalis dengan memperluas segmentasi pembacanya.
Suci Aryadien menjelaskan, KR ini mempunyai visi dan misi yaitu menyuarakan hati nurani rakyat karena pada saat itu rakyatlah yng menginginkan sebuah media untuk menyambung lidah, dan juga bertujuan untuk meningkatkan minat baca masyarakat. Info yang diterbitkan KR ini bisa berasal dari berbagai macam kelas berita, konferensi pers, undangan dll.
Berita tersebut dapat dikategorikan menjadi dua yaitu berita yang datang sendiri dan berita yang dicari, berita yang datang sendiri misalnya mahasiswa UST berkunjung ke redaksi KR, sedangkan berita yang dicari yaitu berita yang masih aktual misalnya royal wedding sehingga wartawan biasanya mencari kefaktaan serta keaktualannya dan pastinya yang up to date saat itu.
KR juga memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk beperan aktif dalam mengirimkan karyanya untuk dijadikan sebuah artikel yaitu di program yang disebut Suara Kampus, pihak KR sangat mengharapkan agar ada mahasiswa yang mau suka rela untuk mengirimkan tulisannya, karena program tersebut berlaku untuk semua mahasiswa.
KE PERCETAKAN KEDAULATAN RAKYAT
Dosen Pengampu : Drs. Jayadi Kastari
Disusun oleh :
Itmamun ‘Ibad
29001119
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
YOGYAKARTA
2012
Mahasiwa PBSI UST Berkunjung ke Percetakan Kedaulatan Rakyat
Selasa (16/11/2012) pukul 10.00 mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) Yogyakarta mengadakan kunjungan ke Percetakan Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat di Jalan Solo km 11 Kalitirto, Sleman. Kunjungan yang diikuti sekitar 90 mahasiswa ini dipimpin langsung oleh Jayadi Kastari sebagai Dosen Pengajar mata kuliah Keredaksian.
Adapun tujuan mahasiswa mengunjungi Percetakan Kedaulatan Rakyat adalah untuk menambah pengalaman dan wawasan bagi mahasiswa terutama dalam bidang media cetak seperti koran.
Pada awal kunjungan tersebut Suci Aryadien sebagai Humas Redaksi KR memperbolehkan kami masuk ke dalam ruang tamu, dan menjelaskan beberapa hal tentang KR tersebut salah satunya tentang sejarah berdirinya KR dan Visi dan Misi. Selain itu dilanjutkan tanya jawab dengan Mahasiswa UST, salah satu mahasiswa UST menanyakan dengan banyaknya koran yang dicetak setiap harinya. Dijawab langsung oleh Suci Aryadien bahwa KR setiap harinya mencetak 100.000 koran dan apabila ada pesanan bisa mencapai 110.000 koran yang siap untuk didistribusikan.
KR merupakan koran lokal terbit pertama dan merupakan koran tertua di Indonesia yaitu terbit pada tanggal 27 September 1945 yang didirikan oleh Samawi, Wonohito dan Sumantoro. Sedangkan nama dari KR ini diambil dari UUD 1945 alenia ke-4 oleh Bapak Sudarisman Purwokusumo Walikota Yogyakarta. Pada saat itu Yogyakarta merupakan ibu kota negara Indonesia walaupun hanya sekitar dua setengah tahun. Karena pada tahun 1945 koran bukanlah sesuatu hal yang berupa bisnis tetapi berfungsi untuk penyambung lidah.
Koran KR setiap hari dicetak 3 kali hingga mencapai 100.000 koran, isinya yang bervariasi berfungsi sebagai pemikat para pembaca. Koran KR yang sangat familiar ini juga tersebar dibeberapa daerah seperti, Yogyakarta, Jateng, Purwokerto, Purworejo, Kulon Progo, Semarang, Magelang, Klaten, Solo, Gunung Kidul.
Dahulu KR hanya berfungsi sebagai penyambung lidah. Berdasarkan teori KR ini 30% iklan dan 70% berita tetapi pada kenyataan tidaklah sesuai karena pada saat melaksanakan semuanya berbeda. KR tersebut mempunyai strategi pemasaran tersendiri sehingga terlihat tetap eksis dan terkenal yaitu melalui dunia jurnalis dengan memperluas segmentasi pembacanya.
Suci Aryadien menjelaskan, KR ini mempunyai visi dan misi yaitu menyuarakan hati nurani rakyat karena pada saat itu rakyatlah yng menginginkan sebuah media untuk menyambung lidah, dan juga bertujuan untuk meningkatkan minat baca masyarakat. Info yang diterbitkan KR ini bisa berasal dari berbagai macam kelas berita, konferensi pers, undangan dll.
Berita tersebut dapat dikategorikan menjadi dua yaitu berita yang datang sendiri dan berita yang dicari, berita yang datang sendiri misalnya mahasiswa UST berkunjung ke redaksi KR, sedangkan berita yang dicari yaitu berita yang masih aktual misalnya royal wedding sehingga wartawan biasanya mencari kefaktaan serta keaktualannya dan pastinya yang up to date saat itu.
KR juga memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk beperan aktif dalam mengirimkan karyanya untuk dijadikan sebuah artikel yaitu di program yang disebut Suara Kampus, pihak KR sangat mengharapkan agar ada mahasiswa yang mau suka rela untuk mengirimkan tulisannya, karena program tersebut berlaku untuk semua mahasiswa.
Langganan:
Postingan (Atom)