Pengertian
CTL
·
. merupakan
suatu proses pendidikan yang holistik
· .
bertujuan
membantu siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya
·
. mengkaitkan
materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi,
sosial dan kultural)
·
sehingga
siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan
(ditransfer) dari satu permasalahan/konteks ke permasalahan/ konteks lainnya.
Perlunya CTL
Pembelajaran
melalui CTL sangat diperlukan karena
pendekatan kontekstual dalam pembelajaran didasarkan adanya kenyataan bahwa
sebagian besar siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari
dengan bagaimana pemanfaatanya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini karena
pemahaman konsep akademik yang mereka peroleh hanyalah merupakan sesuatu yang
abstrak, belum menyentuh kebutuhan praktis kehidupan mereka baik di lingkungan
kerja maupun di Masyarakat.
Jadi
dapat disimpulkan bahwa, Pembelajaran Kontekstual merupakan pembelajaran yang
mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa.
Tujuh komponen CTL
1. Konstruktivisme (CONSTRUKTIVISME)
Konstruktivisme
(constructivisvism) merupakan landasan berfikir (filosofi) pendekatan CTL,
yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya
diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan
tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta,
konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. manusia harus
mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Dengan
dasar, itu pembelajaran harus dikemas menjadi proses “menkonstruksi” bukan
“menerima” pengetahuan. dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri
pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan
mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru. Landasan berfikir
konstruktivisme agak berbeda dengan pandangan kaum objektivis, yang lebih
menekankan pada hasil pembelajaran. Dalam pandangan konstruktivis, straegi
“memperoleh” lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan
mengingat pengetahuan. Untuk itu, tugas guru adalah menfasilitasi proses
tersebut dengan :
§ menjadikan
pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa,
§ memberi
kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan
§ menyadarkan
siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
Pengetahuan
tumbuh berkembang melalui pengalaman. Pemahaman berkembang semakin dalam dan
semakin kuat apabila selalu diuji dengan pengalaman baru. Menurut Piaget,
manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti kotak-kotak yang
masing-masing berisi informasi bermakna yang berbeda-beda. Pengalaman sama bagi
beberapa orang akan dimaknai berbeda-beda oleh masing-masing individu dan
disimpan dalam kotak yang berbeda. setiap pengalaman baru dihubungkan dengan
kotak-kotak (struktur pengetahuan) dalam otak manusia tersebut. Struktur
pengetahuan dikembangkan dalam otak manusia melalui dua cara , yaitu
asimilasi atau akomodasi. asimilasi maksudnya struktur pengetahuan baru dibuat
atau dibangun atas dasar struktur pengetahuan yang sudah ada. Akomodasi
maksudnya struktur pengetahuan yang sudah ada dimodifikasi untuk menampung dan
menyesuaikan dengan hadirnya pengalaman baru.
2. Menemukan (INQUIRY)
Menemukan
merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat
fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Siklus inkuiri :
§ Obsevasi
(Observation)
§ Bertanya
(questioning)
§ Mengajukan
dugaan (Hyphotesis)
§ Pengumpulan
data (Data gathering)
§ Penyimpulan
(Conclussion)
3.
Bertanya (QUESTIONING)
Pengetahuan
yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari “bertanya”. bertanya dalam
pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong membimbing, dan
menilai kemampuan berfikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan
bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiri, yaitu
menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan
perhatian pada aspek ynag belum diketahuinya,
Dalam sebuah
pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk :
§ menggali
informasi, baik administrasi maupun akademis
§ mengecek
pemahaman siswa
§ membangkitkan
respon kepada siswa
§ mengetahui
sejauh mana keinginantahuan siswa
§ mengetahui
hal-hal yang sudah diketahui siswa
§ menfokuskan
perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru
§ untuk
membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa
§ untuk
menyegarkan kembali pengetahuan siswa
4. Masyarakat Belajar (LEARNING COMMUNITY)
Konsep learning
community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari
kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari “sharing”
antara teman, antar kelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu. Di
ruang ini, di kelas ini, di sekitar sini, juga orang-orang yang ada di luar
sana, semua adalah anggota masyarakat-belajar.
Dalam kelas
CTL, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok
belajar. Siswa dibagi dalam kelompok yang anggotanya hiterogen. Yang pandai
mengajari yang lemah, yang tahu memberi tahu yang belum tahu, yang cepat
menangkap mendorong temannya yang lambat, yang mempunyai gagasan segera memberi
usul, dan seterusnya. Kelompok siswa bisa sangat bervariasi bentuknya, baik
keanggotaan, jumlah, bahkan bisa melibatkan siswa di kelas atasnya, atau guru
melakukan kolaborasi dengan mendatangkan seorang “ahli’ ke kelas. Misalnya
tukang sablon, petani jagung, peternak susu. teknisi komputer, tukang cat
mobil, tukang reparasi kunci, dan sebagainya.
“Masyarakat-belajar”
bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah, “Seorang guru yang
mengajari siswanya” bukan contoh masyarakat-belajar karena komunikasi hanya
terjadi satu arah, yaitu informasi hanya datang dari guru ke arah siswa, tidak
ada arus informasi yang perlu dipelajari guru yang datang dari arah siswa.
Dalam contoh ini yang belajar hanya siswa bukan guru. dalam masyarakat-belajar,
dua kelompok (atau lebih) yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling
belajar. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi
informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga meminta
informasi yang diperlukan dari teman belajarnya.
Kegiatan
saling belajar ini bisa terjadi apabila tidak ada pihak yang dominan dalam
komunikasi, tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya, tidak ada pihak
yang menganggap paling tahu, semua pihak mau saling mendengarkan. Setiap pihak
harus merasa bahwa setiap orang lain memiliki pengetahuan, pengalaman, atau
keterampilan yang berbeda yang perlu dipelajari.
Kalau setiap
orang mau belajar dari orang lain, maka setiap orang lain bisa menjadi sumber
belajar, dan ini berarti setiap orang akan sangat kaya dengan pengetahuan dan
pengalaman. Metode pembelajaran dengan teknik “learning community”
sangat membantu proses pembelajaran di kelas. Prakteknya dalam pembelajaran
terujud dalam:
§ Pembentukan
kelompok kecil
§ Pembentukan
kelompok besar
§ Mendatangkan
“ahli’ ke kelas (tokoh, olahragawan, dokter, perawat, petani, pengurus
organisasi, polisi, tukang kayu, dsb.)
§ Bekerja
dengan kelas sederajat
§ Bekerja
kelompok dengan kelas diatasnya
§ Bekerja
dengan masyarakat
5. Pemodelan (MODELLING)
Komponen CTL
selanjutnya adalah pemodelan. Maksudnya, dalam sebuah pembelajaran keterampilan
atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru.
Sebagian
guru memberi contoh tentang cara bekerja sesuatu, sebelum siswa melaksanakan
tugas. Misalnya, cara menemukan kata kunci dalam bacaan. Dalam pembelajaran
tersebut guru mendemonstrasikan cara menemukan kata kunci dalam bacaan dengan
menelusuri bacaan secara cepat dengan memanfaatkan gerak mata (scanning). Ketika
guru mendemonstrasikan cara membaca cepat tersebut, siswa menagamati guru
membaca dan membolak balik teks. Gerak mata guru dalam menelusuri bacaan
menjadi perhatian utama siswa. Dengan begitu siswa tahu bagaimana gerak mata
yang efektif dalam melakukan scanning. Kata kunci yang ditemukan guru
disampaikan kepada siswa sebagai hasil kegiatan pembelajran menemukan kata
kunci secar cepat. Secara sederhana, kegiatan itu disebut pemodelan. Artinya ada
model yang bisa ditiru dan diamati siswa, sebelum mereka berlatih menemukan
kata kunci, guru menjadi model.
Dalam
pendekatan CTL, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang
dengan melibatkan siswa. Seorang siswa bisa ditunjuk untuk memberikan contoh
temannya cara melafalkan suatu kata. Jika kebetulan ada siswa yang pernah
memenangkan lomba baca puisi atau memenangkan kontes berbahasa Inggris, siswa
itu dapat ditunjuk untuk mendemonstrasikan keahliannya. Siswa “contoh” tersebut
dikatakan sebagai model. Siswa lain dapat menggunakan model tersebut sebagai
“standar” kompetensi yang harus dicapainya.
Model juga dapat didatangkan dari luar. Seorang penutur asli berbahasa
Inggris sekali waktu dapat dihadirkan di kelas untuk menjadi “model” cara berujar,
cara bertutur kata, gerak tubuh ketika berbicara, dan sebagainya.
6. Refleksi (REFLECTION)
Refleksi
juga bagian penting dalam pembelajaran dengan pendekatan CTL. Refleksi adalah
cara berfikir tentang apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Siswa
mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru
yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi
merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru
diterima.
Pengetahuan yang
bermakna diperoleh dari proses. Pengetahuan dimiliki siswa diperluas melalui
konteks pembelajaran, yang kemudian diperluas sedikit demi sedikit. Guru atau
orang dewasa membantu siswa membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan yang
dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. dengan begitu, siswa merasa
memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru
dipelajarinya.
Kunci dari
semua adalah, bagaimana pengetahuan itu mengendap di benak siswa. siswa
mencatat apa yang sudah dipelajari dan bagaimana merasakan ide-ide baru.
Pada akhir
prmbrlajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi.
Realisasinya berupa :
·
pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya
hari itu
·
catatan atau jurnal di buku siswa
·
kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu
·
diskusi
·
hasil karya
7.
Penilaian yang sebenarnya (AUTHENTIC
ASSESSMENT)
Assessment
adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran
perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui
oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan
benar. Apabila data yang dikumpulkan guru mengindentifikasikan bahwa siswa
mengalami kemacetan dalam belajar, maka guru segera bisa mengambil tindakan
yang tepat agar siswa terbebas dari kemacetan belajar. Karena gambaran tentang
kemajuan belajar itu diperlukan sepanjang proses pembelajaran, maka assessment
tidak dilakukan di akhir priode (cawu/semester) pembelajaran seperti pada
kegiatan evaluasi hasil belajar (seperti) EBTA/EBTANAS, tetapi dilakukan
bersama dengan secara terintegrasi (tidak terpisahkan) dari kegiatan pembelajaran.
Data
dikumpulkan melalui kegiatan penilaian (assessment) bukanlah untuk
mencari informasi tentang belajar siswa. Pembelajaran yang benar memang
seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa gar mampu mempelajari (learning
how to learn) bukan ditekan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi di
akhir periode pembelajaran.
Karena assessment
menekankan proses pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus diperoleh dari
kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran.
Guru yang ingin mengetahui perkembangan belajar bahasa Inggris bagi para
siswanya harus mengumpulkan data dari kegiatan nyata saat para siswa
menggunakan bahasa Inggris, bukan pada saat para siswa mengerjakan tes bahasa
Inggris. Data yang diambil dari kegiatan siswa melakukan kegiatan berbahasa
Inggris baik di dalam kelas maupun di luar kelas itulah yang disebut data
autentik.
Kemudian
belajar dinilai dari proses, biukan melalui hasil. Ketika guru
mengajarkan sepak bola, siswa yang tendangannya paling bagus, dialah yang
memperoleh nilai tinggi. Dalam pembelajaran bahasa asing (bahasa Inggris),
siapa yang ucapannya cas-cis-cus, dialah yang nilainya tinggi, bukan hasil
ulangan tentang grammarnya. Penilaian autentik menilai pengetahuan dan
keterampilan (performansi) yang diperoleh siswa. Penilaian tidak hanya guru,
tetapi bisa juga teman lain atau orang lain.
Implementasi
pembelajaran bahasa dengan CTL
·
. Merencanakan
pembelajaran sesuai dengan perkem-bangan mental ( developmentally appropriate )
siswa.
· .
Membentuk
group belajar yang saling tergantung ( interdependent learning groups ).
· .
Mempertimbangan
keragaman siswa ( disversity of students ).
Sesuai dengan faktor kebutuhan
individual siswa , maka untuk dapat mengimplementasikan pembelajaran dan
pengajaran kontekstual guru seharusnya;
·
. Menyediakan
lingkungan yang mendukung pembe-lajaran mandiri ( self-regulated learning )
dengan 3 karakteristik umumnya (kesadaran berpikir, peng-gunaan strategi dan
motivasi berkelanjutan).
·
. Memperhatikan
multi-intelegensi ( multiple intelli-gences ) siswa.
·
. Menggunakan
teknik bertanya ( quesioning ) yang meningkatkan pembelajaran siswa,
perkembangan pemecahan masalah dan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
·
. Mengembangkan
pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna jika ia diberi kesempatan
untuk bekerja, menemukan, dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan
keterampilan baru ( contructivism ).
·
. Memfasilitasi
kegiatan penemuan ( inquiry ) agar siswa memperoleh pengetahuan dan
keterampilan melalui penemuannya sendiri (bukan hasil mengingat sejumlah
fakta).
·
Mengembangkan
sifat ingin tahu siswa melalui pengajuan pertanyaan ( quesioning ).
·
Menciptakan
masyarakat belajar ( learning community ) dengan membangun kerjasama antar
siswa.
·
. Memodelkan
( modellin g) sesuatu agar siswa dapat menirunya untuk memperoleh pengetahuan
dan keterampilan baru.
· .
Mengarahkan
siswa untuk merefleksikan tentang apa yang sudah dipelajari.
·
. Menerapkan
penilaian autentik ( authentic assessment ).
berkaitan dengan faktor peran
guru , agar proses pengajaran kontekstual dapat lebih efektif, maka guru
seharusnya;
·
. Mengkaji
konsep atau teori (materi ajar) yang akan dipelajari oleh siswa.
·
. Memahami
latar belakang dan pengalaman hidup siswa melalui proses pengkajian secara
seksama.
·
. Mempelajari
lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa, selanjutnya memilih dan mengkaitkannya
dengan konsep atau teori yang akan dibahas.
·
. Merancang
pengajaran dengan mengkaitkan konsep atau teori yang dipelajari dengan
mempertimbangkan pengalaman siswa dan lingkungan kehidupannya .
· .
Melaksanakan
pengajaran dengan selalu mendorong siswa untuk mengkaitkan apa yang sedang
dipelajari dengan pengetahuan/pengalaman sebelumnya dan fenomena kehidupan
sehari-hari , serta mendorong siswa untuk membangun kesimpulan yang merupakan
pemahaman siswa terhadap konsep atau teori yang sedang dipelajarinya.
·
. Melakukan
penilaian autentik ( authentic assessment ) yang memungkinkan siswa untuk
menunjukkan penguasaan tujuan dan pemahaman yang mendalam terhadap
pembelajarannya, sekaligus pada saat yang bersamaan dapat meningkatkan dan
menemukan cara untuk peningkatan pengetahuannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar